BIRO ADPIM, TANJUNG SELOR – Gubernur Kalimantan Utara meluncurkan proyek “Enggang Kaltara Project” dalam rangka mempercepat konservasi dan restorasi ekosistem hutan bakau atau mangrove dan lahan gambut, Jumat (27/10/2023) di Tanjung Selor.
“Upaya percepatan konservasi dan restorasi itu dilakukan berkolaborasi dengan perusahaan internasional yang bergerak usaha konservasi hutan tropis,” kata Drs. H. Zainal A Paliwang, SH.,M.Hum di Tanjung Selor.
Peluncuran Enggang Kaltara Project tindak lanjut nota kesepahaman yang telah ditandatangani Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara bersama PT. Global Eco Rescue Lestari pada Juli 2023 di Tanjung Selor.
Peluncuran Enggang Kaltara Project turut disaksikan Direktur Utama PT. Global Eco Rescue Lestari, Jhon Alexander Embiricos, unsur Forkopimda, serta Kelompok Kerja (Pokja) REDD+, Pokja Rehabilitasi Mangrove, dan Pokja Restorasi Gambut Kalimantan Utara.
Gubernur mengatakan, Enggang Kaltara Project juga hadir untuk memperoleh manfaat optimal dari inovasi tata laksana nilai ekonomi karbon (NEK) melalui terapan pembangunan rendah karbon berketahanan iklim pada tingkat desa/kelurahan, serta kerja sama lingkup lebih luas dalam menembus pasar karbon internasional.
“Kalimantan Utara memiliki potensi sangat besar untuk berinvestasi dan mengembangkan pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim,” kata Zainal A Paliwang.
Kalimantan Utara memiliki 13 kesatuan hidrologis gambut seluas 347.451 hektare yang ditetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.129 / MENLHK/SETJEN/ PKL.0/2/ 2017 tentang Penetapan Peta Kesatuan Hidrologi Nasional.
Tiga belas kesatuan tersebut tersebar di tiga kabupaten yaitu Tana Tidung, Nunukan, dan Malinau.
Adapun luas kawasan mangrove di Kalimantan Utara berdasarkan pola ruang mencapai 326.396,3 hektare , dengan satuan pemetaan sasaran rehabilitasi pada 2022-2023 adalah 181.553,61 hektare.
Gubernur mengatakan kekayaan hutan mangrove dan lahan gambut adalah keuntungan besar bagi Kalimantan Utara. Tidak hanya sumbangsih bagi penurunan emisi gas rumah kaca, tetapi juga merupakan peluang bagi Kalimantan Utara pada perdagangan karbon.
“Untuk itu Pemprov Kalimantan Utara telah melakukan program-program pengelolaan dan rehabilitasi melalui perangkat-perangkat daerah yang terkait,” ujarnya.
Gubernur Kalimantan Utara berharap kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara dengan perusahaan internasional dan didukung hadirnya Enggang Kaltara Project jadi momentum tidak saja melestarikan mangrove dan gambut, tetapi juga meningkatkan perekonomian daerah.