TARAKAN, BIROADPIM – Masih banyaknya keluhan manajemen dan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Jusuf SK membuat Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang melakukan inspeksi mendadak (sidak).
Saat sidak pada Ahad 31 Juli kemarin, Gubernur Zainal mendapati sejumlah fasilitas rumah sakit tidak berfungsi. Adapula temuan atap ruangan yang berlubang.
Gubernur Zainal juga mengajak serta sejumlah jajaran rumah sakit milik Pemprov Kalimantan Utara itu berkeliling rumah sakit. Ia juga berdialog dan memberikan pengarahan kepada tenaga kesehatan terkait pilot project manajemen risiko dan pelayanan pasien.
Gubernur menginginkan adanya peningkatan pelayanan rumah sakit yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Utara itu. Termasuk menjalin koordinasi dan komunikasi yang baik antar seluruh jajaran di RSUD.
“Saya ingatkan, komunikasi itu sangat penting. Jadi jika ada masalah segera sampaikan kepada pimpinan secara intensif. Saya lihat saat ini komunikasi yang ada di rumah sakit ini terputus-putus dan terkotak-kotak. Jangan sampai begitu ada masalah baru dilimpahkan kepada kepala daerah,” ujarnya.
Dia juga meminta dilakukan pendataan penyakit yang paling banyak dikeluhkan dan diderita masyarakat di rumah sakit tersebut. Tujuannya, dalam pembelian obat-obatan dan perlengkapan medis ke depan, dapat diprioritaskan penyakit yang paling banyak diderita masyarakat.
“Datanya ada kan (penyakit paling banyak diderita). Nanti sampaikan datanya kepada saya. Saya tidak mau lagi setiap tahun ada pemusnahan obat-obatan. Prioritaskan obat yang memang paling banyak dibutuhkan,” tegasnya.
Gubernur Zainal juga mengingatkan pelaksanaan program kegiatan yang menggunakan anggaran daerah dilakukan dengan prosedur yang benar, tidak menyimpang aturan.
“Jangan main-main, apalagi sampai melakukan kegiatan fiktif dan melakukan mark-up,” tegasnya.
Dijelaskan Gubernur Zainal, RSUD dr Jusuf SK saat ini tengah menerapkan manajemen risiko terintegrasi.
“Dari seluruh rumah sakit di Indonesia baru RSUD dr Jusuf SK yang menerapkannya. Saya harap penerapan manajemen risiko ini bisa menjadi percontohan untuk rumah sakit lainnya di Indonesia. Jadi kita bisa berbangga diri jika rumah sakit kita didatangi untuk study banding,” tuturnya.*